Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald hadir dengan
antusiasme tinggi dari para fans wizarding world-nya J.K. Rowling.
Langsung menyedot jutaan penonton di pekan pertamanya, The Crimes of
Grindelwald jauh dari kata mengecewakan. Dikemas dengan alur,
penokohan, dan dialog yang apik, film ini mengemas tokoh jahatnya dengan sangat
baik dengan latar belakang kompleks. Senada dengan tren Thanos, tokoh jahat
dari Avengers: Infinity War, Grindelwald membuat para penonton
berpikir ulang dan memaksa mengambil hikmah dari tindakan-tindakannya.
Seperti apa hikmah dibalik para penjahat ini?
Seperti apa hikmah dibalik para penjahat ini?
(Peringatan spoiler Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald)
1. Niat yang baik saja
tidak cukup
Perencanaan yang matang, strategi yang visioner, merupakan karakter yang
sama-sama dimiliki oleh Thanos, Grindelwald, bahkan juga Killmonger (tokoh
jahat film Black Panther). Tokoh-tokoh jahat ini membuktikan bahwa
niat yang baik dapat dikalahkan dengan strategi yang matang. Dalam film
terbaru Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald, Newt Scamander
dkk., selaku pihak protagonis bisa dikatakan kalah dalam pertempuran di
penghujung film. Grindelwald selaku tokoh jahat sukses menyebarkan ideologinya,
menambah pengikutnya, semata-mata karena pihak protagonis terlalu terburu-buru
dalam pengambilan keputusan. Seperti kata pepatah lama,
Kebaikan yang tidak
terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir.
2. Cara yang salah
berujung salah
Killmonger merupakan keturunan Wakanda yang terbuang di Amerika. Ia berambisi untuk kembali pulang ke Wakanda dan mengubah sistem yang ada. Sejujurnya Killmonger memiliki niat yang baik dan latar belakang yang patut dikasihani. Namun ia berambisi untuk menimbulkan peperangan dengan negara lain, menjadi pemimpin yang diktator, merebut kekuatan Black Panther dan membakar tanaman sakral Wakanda. Pada akhirnya niat baiknya berujung pada peperangan dan pertumpahan darah. Kasus ini pun sama seperti yang dilakukan Thanos yang ingin mengembalikan keseimbangan antara sumber daya alam dan populasi manusia, juga Grindelwald yang hanya menginginkan kebebasan para penyihir atas manusia biasa (muggle).
Namun mereka semua tenggelam dengan cara-cara yang salah, yaitu dengan
pertumpahan darah, pengorbanan, dan penindasan terhadap orang lain.
So, lengkapi niat yang baik dengan cara-cara yang baik juga, ya!
3. Bahasa adalah kunci
segalanya
Beberapa pendapat mengatakan bahwa aksi lebih penting daripada hanya omongan semata. Tidak demikian nyatanya. Faktanya dengan bahasa yang baik, persuasif, dapat memelintir sebuah fakta menjadi mitos. Dapat membuat argumen seseorang menjadi lebih kuat. Dapat menyeret seseorang untuk masuk, ikut dalam ideologi menyimpang.
Dalam The Crimes of Grindelwald, Grindelwald sang antagonis
melalui pidato singkatnya dapat menambah ratusan jumlah pengikut. Begitu pula
dengan Killmonger yang dapat mempengaruhi W'Kabi karena hasutannya. Magneto
dalam film X-Men membujuk para mutan untuk bergabung dalam
kubunya dengan pidato-pidato yang meyakinkan. Bahkan seorang Joker dalam The
Dark Knight menyebarkan ide gila dan anarki lewat hasutan-hasutan
kepada para kriminal dan gembong-gembong jahat. Semuanya memiliki bahasa yang
memikat dan mempengaruhi.
Bahasa adalah senjata yang ampuh. Gunakanlah dengan bijak!
4. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh
Kehancuran tim Avengers tidak hanya disebabkan oleh aksi strategis Thanos dalam film Avengers: Infinity War. Namun juga perpecahan antara kubu Tony Stark selaku Iron Man, dan Captain America dalam Captain America: Civil War. Buntut dari perpecahan di Civil War memaksa Avengers terbelah menjadi dua kubu, yaitu kubu Tony Stark dan kubu Captain Amerika. Dengan kekuatan yang terpisah ini, mereka menjadi rentan akan kekalahan. Pada akhir film terbukti, perpecahan mereka berujung pada melayangnya miliaran nyawa manusia.
Kekalahan yang dialami Newt Scamander dalam Fantastic Beasts: The
Crimes of Grindelwald pun bermula pada perpecahan. Queenie yang pada
film Fantastic Beasts and Where to Find Them adalah kubu Newt
berpindah haluan dan bergabung dengan Grindelwald di film keduanya. Akibatnya
terjadi pembantaian terhadap Aurors dan tunangan Theseus
Scamander, kakak dari Newt.
Persatuan para antagonis terbukti dapat mengalahkan protagonis yang
terpecah, walaupun protagonis adalah orang-orang baik dalam film tersebut.
Jadi, bersikaplah bijak dan selalu mementingkan persatuan di atas ego
masing-masing!
Itu saja yang bisa disampaikan, fellas.
Menurutmu, apalagi pelajaran yang bisa kita ambil dari
para penjahat?