18 Okt 2018

Perfilman yang Asyik Bernostalgia


(Sumber: kapanlagi.com)
            Surabaya – Ranah perfilman Indonesia terus menunjukkan perbaikan dari masa ke masa. Mulai dari efek visual, tata suara, kostum, editing, jalan cerita, hingga ke distribusi film semuanya menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik. Namun dibalik itu semua ada hal menarik yang menonjol dan dapat menjadi bahan berpikir tidak hanya bagi pihak pembuat film namun juga pemirsa sekalian. Yaitu pola yang menunjukkan bahwa perfilman sedang asyik bernostalgia.

            Peluncuran film Dilan 1990 (2018) yang menembus angka 6 juta penonton membuat sebagian masyarakat bertanya-tanya mengapa film sederhana dengan budget yang juga tidak terlalu mewah dapat populer sedemikian rupa. Karakter yang unik dan kaya? Editing dan pengambilan gambar? Para aktor yang menarik? Atau mungkin karena latarnya yang sangat memberikan nostalgia. Baik secara tempat, waktu, maupun suasana.
            Coba kita mundur lebih jauh ke film Warkop DKI Reborn (2016) yang angka penontonnya sefantastis Dilan 1990. Apa yang membuatnya sukses kalau bukan karena nostalgia tokoh-tokoh lama yang karakternya kembali dihidupkan? Bahkan belakangan, layar Indonesia juga diserang dengan sederetan film yang “nostalgia banget”. Si Doel The Movie dan Wiro Sableng 212 merupakan dua nama menonjol yang sama-sama berangkat dari acara televisi populer. Ada juga film Kafir: Bersekutu dengan Setan yang membawa nama film Kafir dari tahun 2002. Pola tersebut juga terlihat di film bertema horor lain yaitu The Secret: Suster Ngesot Urban Legend yang memiliki nama serupa dengan film Suster Ngesot tahun 2007.
            Pola-pola reboot atau remake dari sebuah film tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Film-film box office keluaran studio-studio terkenal juga memanfaatkan efek nostalgia ini. Lihat saja film-film seperti Star Wars Episode VII (2015), Terminator Genisys (2015), dan Jurassic World (2015) merupakan kisah-kisah baru yang berangkat dari latar film-film terdahulu yang notabene telah memiliki nama. Studio Disney sebagai rumah produksi film terbesar juga mengangkat kisah dongeng-dongeng pengantar tidur yang akrab di telinga masyarakat luas sebagai pemikat. Tangled (2010), Beauty and The Beast (2017), sampai film teranyar yang akan dirilis akhir tahun ini yaitu The Nutcracker and the Four Realms merupakan kisah-kisah klasik para anak-anak dunia barat.
            Berangkat dari suatu cerita klasik atau telah populer sebelumnya merupakan satu jalan dari sekian banyak jalan membuat naskah film. Ada tantangan tersendiri dalam menggarapnya yaitu dalam rangka memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi penonton. Yang apabila film tersebut sukses merupakan suatu pencapaian yang luar biasa, terlebih bagi perfilman Indonesia.
            Nostalgia memang merupakan sarana ampuh dalam memikat minat penonton. Terlebih idenya mudah dimodifikasi dan cepat dalam publikasi. Namun jangan sampai nostalgia menjadi jebakan dunia perfilman untuk terus memakai pola yang sama. Apabila suatu cerita harus tamat, maka tamatlah dengan bergaya dan penuh apresiasi.
            Seri film The Dark Knight garapan Christopher Nolan selamanya akan dikenang sebagai salah satu live action dari karakter Batman yang terbaik karena Nolan memang sudah mantap dengan akhir dari seri film tersebut. Jangan sampai terjadi blunder seperti seri film Transformer yang terus menerus dimanfaatkan latar dan karakternya hanya demi keuntungan semata. Akibatnya bahkan dapat merusak citra suatu seri film dan sulit untuk mengembalikannya.
            Masalah ini juga kembali kepada para penonton tentang bagaimana pikiran mereka agar bisa terbuka terhadap tema-tema baru dalam perfilman, khususnya perfilman Indonesia. Bagaimana apresiasi terhadap film-film original dapat menjadi lebih semarak. Hingga pada akhirnya, perfilman Indonesia pun dapat berkreasi lebih luas tanpa takut kekurangan penonton.

            Nostalgia memang menyenangkan. Namun bagi Anda para penonton dan produser film tidakkah ingin bertualang menyusuri tempat-tempat baru, mengenal tokoh-tokoh baru, tenggelam dalam drama dan nuansa asing yang belum dikenal sebelumnya?