Subjudul: What not to do at IIT
Penulis: Chetan Bhagat
Halaman: 270
Tahun rilis: 2004
Negara: India
Terjual lebih dari satu juta copy di seluruh dunia, menjadi inspirasi film legendaris India, 3 Idiots, first impression saya: sangat berani. Menggunakan subjudul What not to do at IIT, buku ini gak susah-susah buat mencari nama plesetan dari salah satu kampus terbaik di India. Silakan cari kata kunci IIT di mesin pencarian. Kalau buku ini beredar di Indonesia, mungkin sudah banyak yang kampanye buat nge-ban. Padahal itu baru judulnya saja. Belum masuk ke kritik sistem pembelajaran yang ada di kampus IIT yang dipaparkan di dalamnya. Untuk informasi, jika judulnya diterjemahkan (dan dikonversi ke kearifan lokal) menjadi: "Dua koma seseorang (hal-hal yang tidak boleh dilakukan di ITB)".
*karena sistem Indeks Prestasi di India menggunkan skala 10
**karena kampus terbaik teknik di Indonesia (arguably) ITB
1.
Five Point Someone menggunakan sudut pandang orang pertama, di mana tokoh "aku" berputar pada keseharian seorang Hari yang notabene biasa saja. Semua adegan yang dialami tokoh utama diceritakan apa adanya tanpa ada unsur melebih-lebihkan. Bahkan ketika situasi genting pun terasa agak biasa saja karena narasi yang singkat dan polos.
Five Point Someone menggunakan sudut pandang orang pertama, di mana tokoh "aku" berputar pada keseharian seorang Hari yang notabene biasa saja. Semua adegan yang dialami tokoh utama diceritakan apa adanya tanpa ada unsur melebih-lebihkan. Bahkan ketika situasi genting pun terasa agak biasa saja karena narasi yang singkat dan polos.
Lanjut di segi penceritaan, di sisi lain ada nilai tambah. Pada beberapa bab, digunakan font yang italic alias miring. Biasanya pada bab-bab ini sudut pandang berubah. Menjadi tokoh lain, isi surat seseorang, sampai kilas balik masa lalu Hari. Sesuatu yang jarang ditemui di buku-buku lain.
2.
Nilai-nilai yang ingin di sampaikan pada buku ini tersebar secara implisit alias tersirat di dalam cerita. Memang penulis sering kali menyampaikan amanat cerita mengenai bangku kuliah, dunia pendidikan, hingga kasus percintaan lewat narasi langsung jalan pikiran si Hari. Tetapi akan lebih banyak nilai yang didapatkan ketika pembaca dengan jeli memperhatikan setiap kejadian dalam buku.
3.
Terakhir, buku ini cukup berbeda dengan film 3 Idiots. Walaupun para pembaca mungkin dapat melihat berbagai referensi kejadiannya, tapi di buku dikemas secara lebih realistis sehingga para pembaca mendapatkan pengalaman dan motivasi lebih kuat dan juga realistis. Sangat direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mengetahui kerasnya dunia perkuliahan (teknik terutama) atau bagi yang ingin bernostalgia dengan rimba kampus dulu.
My rating: 3.5/5