16 Feb 2017

Potensi Diri ?

Sumber tertera

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, disebut juga kekuatan, kesanggupan, atau pun daya (KBBI). Sedangkan potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal (wikipedia). Setiap orang tentu memiliki potensi dirinya masing-masing. 


Beberapa orang menganggap bahwa potensi diri adalah pemberian sejak lahir kepada orang tertentu dan merupakan sebuah karunia Tuhan, memiliki dan mengembangkannya adalah anugerah. Sedangkan segolongan lainnya menganggap bahwa potensi diri adalah pembiasaan sejak kecil, tak tersadari, dan setiap orang memiliki potensi hebatnya masing-masing tergantung kemauan mereka untuk mencari dan mengembangkan potensi diri tersebut. Saya adalah golongan yang kedua, golongan yang percaya bahwa setiap orang dilahirkan setara. Sejak kecil, saya selalu meyakini hal ini. Entah itu karena buku bacaan kepahlawanan yang diberikan oleh orang tua, maupun didikan langsung dari orang tua saya sendiri. 

Orang tua saya adalah jenis orang tua yang mendukung penuh minat dan bakat anaknya. Terutama dalam bidang akademik. Dukungan yang diberikan sebagian besar berupa dukungan moral dan nasihat, walau begitu dampaknya sangat besar bagi pendidikan saya. Di dalam kelas, saya termasuk anak dengan nilai di atas rata-rata, begitu juga ketika Ujian Nasional. Padahal, sedari dulu saya tidak pernah mengikuti kegiatan bimbingan belajar. 

Saya pernah berbincang dengan teman saya yang notabene memiliki banyak kemiripan potensi akdemis dengan saya. Ia berkata bahwa jika kami berdua mau belajar serius sedikit saja, tidak perlu bimbingan belajar, maka kami berdua bisa jauh melampaui David (David adalah teman SMA saya yang terkenal karena kepintaran dan nilainya yang super tinggi satu sekolahan). Bukan bermaksud sombong, namun memang begitulah kenyataannya. Beberapa guru di SMA saya juga berkata bahwa saya lebih pantas dan mampu masuk kedokteran. Akan tetapi tidak, saya tidak pernah menyesali masa lalu saya. 

Jam-jam di SMA saya habiskan untuk berkumpul bersama teman-teman, bermain dan belajar. Ya, bersama-sama membantu mereka belajar. Ada sebuah pepatah lama pernah berkata, “Jika ingin berjalan dengan cepat, maka berjalanlah sendirian. Namun, jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama.” Ya, saya menukar jam belajar saya dengan membantu teman belajar, juga bermain. Lalu soal kedokteran, saya yakin guru dan orang tua saya akan bangga jika saya masuk ke Fakultas Kedokteran salah satu PTN di Indonesia ini. Akan tetapi, saya memiliki sebuah cita-cita lain. Cita-cita yang juga didukung oleh potensi akademik ini. Cita-cita besar. Cita-cita yang akan membuat orang tua saya dan guru, serta dosen saya bangga. Jika saya masuk kedokteran, lalu apa? Lulus, punya uang banyak, istri yang cantik, mobil dan rumah mewah? Ya, tapi cita-cita saya jauh melampaui itu. 

Cita-cita tentang suatu negeri yang berkembang yang kelak akan menjadi negara maju. Tentang suatu dunia yang dalam krisis yang akan menjadi tempat yang lebih baik. Dengan teknologi, dan kemandirian energi. Ketika memikirkannya, saya bisa merasakan potensi yang ada dalam diri pribadi meletup-letup, menunggu untuk keluar, mewujud. Cita-cita saya tentunya tidak bisa diraih hanya oleh potensi akademik. Di perjalanan menuju tercapainya cita-cita, saya membutuhkan banyak teman untuk mewujudkannya. Sebuah tempat di mana saya bisa mencari sebanyak mungkin orang-orang yang satu visi dengan saya. 

Saya memang tidak memiliki begitu banyak potensi sosial, tapi seperti pendapat saya di awal, potensi adalah tentang kebiasaan dan kemauan untuk mengembangkannya. Mungkin saya tidak bisa berteman dengan semua orang, tetapi saya akan berusaha menarik sebanyak mungkin orang yang satu visi dengan saya untuk menjadi teman. 

Dari pengalaman saya, saya juga dapat melihat bahwa saya memiliki potensi sebagai pemimpin, tapi bukan sebagai pemimpin tertinggi. Dalam angkatan bukan sebagai komting, dalam organisasi bukan sebagai ketua. Tapi memimpin sebuah kelompok kecil yang akan mengubah masa depan menjadi lebih baik.


16 Februari 2017,
Di bawah hujan yang sudah reda,
Muhammad Ashobta Azry
2416100107
Teknik Fisika 2016