Sumber tertera |
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, disebut juga kekuatan, kesanggupan, atau pun
daya (KBBI). Sedangkan potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang
belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi
belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal (wikipedia). Setiap
orang tentu memiliki potensi dirinya masing-masing.
Beberapa orang menganggap
bahwa potensi diri adalah pemberian sejak lahir kepada orang tertentu dan
merupakan sebuah karunia Tuhan, memiliki dan mengembangkannya adalah anugerah.
Sedangkan segolongan lainnya menganggap bahwa potensi diri adalah pembiasaan
sejak kecil, tak tersadari, dan setiap orang memiliki potensi hebatnya
masing-masing tergantung kemauan mereka untuk mencari dan mengembangkan potensi
diri tersebut. Saya adalah golongan yang kedua, golongan yang percaya bahwa
setiap orang dilahirkan setara. Sejak kecil, saya selalu meyakini hal ini.
Entah itu karena buku bacaan kepahlawanan yang diberikan oleh orang tua, maupun
didikan langsung dari orang tua saya sendiri.
Orang tua saya adalah jenis orang
tua yang mendukung penuh minat dan bakat anaknya. Terutama dalam bidang
akademik. Dukungan yang diberikan sebagian besar berupa dukungan moral dan
nasihat, walau begitu dampaknya sangat besar bagi pendidikan saya. Di dalam
kelas, saya termasuk anak dengan nilai di atas rata-rata, begitu juga ketika
Ujian Nasional. Padahal, sedari dulu saya tidak pernah mengikuti kegiatan
bimbingan belajar.
Saya pernah berbincang dengan teman saya yang notabene
memiliki banyak kemiripan potensi akdemis dengan saya. Ia berkata bahwa jika
kami berdua mau belajar serius sedikit saja, tidak perlu bimbingan belajar,
maka kami berdua bisa jauh melampaui David (David adalah teman SMA saya yang
terkenal karena kepintaran dan nilainya yang super tinggi satu sekolahan).
Bukan bermaksud sombong, namun memang begitulah kenyataannya. Beberapa guru di
SMA saya juga berkata bahwa saya lebih pantas dan mampu masuk kedokteran. Akan
tetapi tidak, saya tidak pernah menyesali masa lalu saya.
Jam-jam di SMA saya
habiskan untuk berkumpul bersama teman-teman, bermain dan belajar. Ya,
bersama-sama membantu mereka belajar. Ada sebuah pepatah lama pernah berkata,
“Jika ingin berjalan dengan cepat, maka berjalanlah sendirian. Namun, jika
ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama.” Ya, saya menukar jam belajar
saya dengan membantu teman belajar, juga bermain. Lalu soal kedokteran, saya
yakin guru dan orang tua saya akan bangga jika saya masuk ke Fakultas
Kedokteran salah satu PTN di Indonesia ini. Akan tetapi, saya memiliki sebuah
cita-cita lain. Cita-cita yang juga didukung oleh potensi akademik ini.
Cita-cita besar. Cita-cita yang akan membuat orang tua saya dan guru, serta
dosen saya bangga. Jika saya masuk kedokteran, lalu apa? Lulus, punya uang
banyak, istri yang cantik, mobil dan rumah mewah? Ya, tapi cita-cita saya jauh
melampaui itu.
Cita-cita tentang suatu negeri yang berkembang yang kelak akan menjadi
negara maju. Tentang suatu dunia yang dalam krisis yang akan menjadi tempat
yang lebih baik. Dengan teknologi, dan kemandirian energi. Ketika
memikirkannya, saya bisa merasakan potensi yang ada dalam diri pribadi
meletup-letup, menunggu untuk keluar, mewujud. Cita-cita saya tentunya tidak
bisa diraih hanya oleh potensi akademik. Di perjalanan menuju tercapainya
cita-cita, saya membutuhkan banyak teman untuk mewujudkannya. Sebuah tempat di
mana saya bisa mencari sebanyak mungkin orang-orang yang satu visi dengan saya.
Saya memang tidak memiliki begitu banyak potensi sosial, tapi seperti pendapat
saya di awal, potensi adalah tentang kebiasaan dan kemauan untuk
mengembangkannya. Mungkin saya tidak bisa berteman dengan semua orang, tetapi
saya akan berusaha menarik sebanyak mungkin orang yang satu visi dengan saya
untuk menjadi teman.
Dari pengalaman saya, saya juga dapat melihat bahwa saya
memiliki potensi sebagai pemimpin, tapi bukan sebagai pemimpin tertinggi. Dalam
angkatan bukan sebagai komting, dalam organisasi bukan sebagai ketua. Tapi
memimpin sebuah kelompok kecil yang akan mengubah masa depan menjadi lebih
baik.
16 Februari 2017,
Di bawah hujan yang sudah reda,
Muhammad Ashobta Azry
2416100107
Teknik Fisika 2016