9 Feb 2018

SEKEPING MASA LALU RASULULLAH


Terlepas dari khilafiyah perayaan, tanggal kelahiran, dan apapun terkait kelahiran Nabi Muhammad saw., patut dijadikan ajang refleksi bersama bagi umat muslim sedunia, sudah seberapa jauhkah kita sebagai umat mengenal Nabi saw. yang selalu kita junjung?

“Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi,
kemudian orang-orang shālih, kemudian selanjutnya dan selanjutnya.”

Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masyhur di kalangan umat Islam awam sebagai sosok yang sangat sederhana, penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Tentu saja sifat ini merupakan pemberian dari Allah subhana wa ta’ala. Namun Allah tidak serta merta memberikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu saja. Masa lalu Sang Rasul mungkin lebih pahit dari yang kita bayangkan, dan beliau menghadapinya dengan lebih tabah.

Terlahir dalam keadaan yatim, kala itu Muhammad kecil harus menanggung beban ditinggalkan seorang ayah. Ibundanya bersusah payah mencarikannya ibu susuan untuk merawat Muhammad. Kala itu memang sudah menjadi tradisi anak-anak Mekkah dibesarkan di desa oleh ibu susuan, jauh dari kota dan pengaruh buruknya. Hingga akhirnya dengan takdir Allah, Muhammad dirawat oleh Halimah binti Abdullah di perkampungan bani Sa’d.

Alhamdulillah, desa yang saat itu sedang krisis dan kekeringan tiba-tiba menjadi lebih subur dan berkah berkat kedatangan Muhammad di desa. Namun menjadi anak yang dititipkan tidak lantas membuat Muhammad kecil menjadi manja. Ia telah belajar untuk ikut mengembala kambing sejak berusia 3 tahun. Sungguh suatu hal yang patut dijadikan cerminan bagi kehidupan masa kini.

Pada saat usia Muhammad 4 tahun, beliau dikembalikan kembali kepada ibundanya – setelah peristiwa pembelahan dada yang menimpa diri Nabi. Karena rasa rindu ibunya terhadap sang suami, saat Muhammad berumur 6 tahun, ibunda mengajaknya, seorang pembantu, serta kakeknya (Abdul Muthalib) untuk berziarah ke makam ayahnya yang berjarak 500 kilometer dari kota Mekkah. Dalam perjalanan pulang, Muhammad kecil harus kembali ke Mekkah sebagai yatim piatu karena ibunda beliau wafat setelah sakit keras dalam perjalanan pulang.

“Engkau juga menggembalakan kambing, wahai Rasūlullāh?”
Berkata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
“Iya, saya menggembalakan kambing, saya dulu menggembalakan kambing-kambingnya orang Mekkah untuk dapat upah dari mereka.”
(HR Bukhari nomor 2102, versi Fathul Bari nomor 2262)

Abdul Muthalib sebagai seorang pembesar suku yang telah kehilangan putranya Abdullah (ayah dari Rasulullah), memutuskan untuk merawat Muhammad sepeninggal ibunya. Walaupun Abdul Muthalib terkenal sebagai salah seorang tokoh pembesar Quraisy dari bani Hasyim, namun kekayaannya tak seberapa dibandingkan tokoh-tokoh yang lain. Karena itu Muhammad kecil masih tetap hidup dalam kesederhanaan. Dari asuhan kakeknya ini ia mulai diajak dalam forum tokoh pembesar Quraisy sebagai bukti kasih sayang dan keyakinan bahwa Muhammad kelak akan menjadi seorang pembesar juga.

Namun tak lama kemudian, Muhammad juga harus ditinggal wafat oleh kakeknya. Ia akhirnya diasuh oleh Abi Thalib bin Abdul Muthalib, pamannya. Seperti ayahnya, paman Rasulullah ini termasuk tokoh terpandang Quraisy, namun juga miskin secara ekonomi. Sehingga Rasulullah tidak hanya berpangku tangan. Ia menggembalakan kambing miliki warga Mekkah untuk mendapatkan upah. Tidak jarang pula Rasul ikut berkelana dalam rangka ekspedisi dagang bersama pamannya ke negeri-negeri jauh.

Kesedihan Rasulullah pun tetap berlanjut ketika dewasa saat Rasulullah harus menghadapi fakta bahwa sebagian besar anak beliau meninggal dunia saat masih muda. Bahkan anak lelakinya, Ibrahim meninggal di pangkuan beliau. Belum lagi peristiwa ‘amul huzn saat istri dan paman beliau di tahun yang sama meninggal dunia.

Semua pengalaman masa kecil hingga dewasanya membuat sosok Rasulullah sangat dekat dengan masyarakat miskin dan anak yatim. Bahkan beliau menjanjikan tempat khusus di surga bagi orang-orang yang mengasihi anak yatim. Kisah ini bukti bahwa Allah senantiasa memberikan cobaan seseorang sesuai dengan kadar kemampuannya. Juga merupakan bukti bahwa pelajaran yang paling penting adalah pengalaman hidup, dan tidak ada sesuatu yang dapat diraih tanpa usaha.

Semoga kisah ini membuka motivasi bagi kita untuk terus mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dekat. Lebih cinta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan lebih meneladaninya.

“Seorang yang berusaha untuk mengurus janda dan orang miskin (termasuk anak yatim) seperti berjihad di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
 (HR Bukhari nomor 4934, versi Fathul Bari nomor 5353)



Wallahu a’lam,
M Ashobta Azry
JMMI Foundation 17/18

Works References:

Sumber gambar: dokumentasi pribadi, Masjid di wilayah Sembalun, Lombok, NTB.
(Webs accessed 27/11/2017)
https://www.ceramah.org/page/2/?s=Peristiwa+Masa+Kecil+Nabi+Muhammad+
http://www.pesantrenalirsyad.org/siapa-rasulullah-dan-masa-kecil-beliau-shallallahu-alaihi-wa-sallam/
https://www.radiorodja.com/6492/kisah-kelahiran-nabi-muhammad-dan-persusuan-beliau-bagian-ke-2-hingga-meninggalnya-ibunda-nabi-aminah-faedah-faedah-sirah-nabawiyah-ustadz-dr-ali-musri-semjan-putra-ma

Kajian Sirah Nabawiyah Bersama Ustadz Mudzoffar Jufri, setiap Rabu ba’da Maghrib @SDIT Al-Uswah Surabaya.